Aku dan Buku

Catatan tentang dunia buku

Selasa, Maret 27, 2007
Buku2 dari Ecole Francaise d'Extreme-Orient
Gara-gara muncul di Jakarta Post, tiba-tiba sebuah email dari Mr Henri Chamber Loir masuk ke inbox-ku !!!

Beliau bilang, dia lihat profilku di Jakarta Post dan di foto yang lagi nampang itu, dia lihat ada buku2 terbitan Ecole Francaise d'Extreme-Orient. Dan beliau berminat mengirim buku2 terbitannya untuk diresensi oleh ku...

Wow! kaget juga dapet email dari orang se'beken Henri Chamber Loir...
Selama ini dia kukenal lewat karya2nya yang kebanyakan menyangkut naskah-naskah kuno nusantara.

Beberapa hari kemudian datanglah buku2 yang dijanjikannya itu, ini bukunya :

Memang bukan buku2 yang mudah dibaca..tapi aku serasa mendapat harta karun waktu memperolehnya....

Makasih Pak Henri dan kawan2 di Ecole....



@h_tanzil
posted by htanzil @ 3/27/2007 03:19:00 PM   1 comments
Sabtu, Maret 17, 2007
Hernadi Tanzil: A helping hand for book lovers
From The Jakarta Post




Hernadi Tanzil: A helping hand for book lovers

The Jakarta Post, Friday, March 16, 2007

Iwan Sulistiawan, Contributor, Jakarta

As book prices get more and more expensive every year, book lovers need help being more selective about the books they buy. Hernadi Tanzil is giving that help.
The 37-year old accountant has written numerous book reviews for the national and local media.
"I'd like to help book lovers be more selective in picking out the books they want to buy," said Tanzil.

"That's my purpose for being a book reviewer. Besides getting extra money, of course," he said.
Tanzil usually reviews books about history, culture, and literature. His reviews have been published in lifestyle magazine Djakarta! and other prominent publications including Koran Tempo, Media Indonesia, Mata Baca, Batam Pos and Imajio (formerly Aksara literature magazine).
Tanzil became a book reviewer by chance. The chief accountant at a paper manufacturing company, Tanzil has been a book addict since elementary school. At that time he read the local comic books of R.A. Kosasih and Enid Blyton's The Famous Five.
When he was in junior and senior high school, Tanzil expanded his reading habit to the classical novels published by one of the Indonesia's pioneer publishers, PT Balai Pustaka.
In 2000 the man who joined several literature mailing lists like Pasarbuku, Apsas, and Klub-Sastra Bentang began writing short commentaries on the books he read, posting them later in his web blog, www.bukuygkubaca.blogspot.com.
Djakarta! soon became interested in his commentaries, seeing them as fully qualified book reviews. The magazine offered Tanzil the opportunity to write regular reviews for them.
His first review was on Herman Hesse's Siddharta. Since then he has written around 100 book reviews.
A great fan of Pramoedya Ananta Toer, Karl May and Paulo Coelho, Tanzil feels grateful for the opportunities he has been given. Not only because lots of publishers now send him books for free, but also because he gets to meet people who can help him hone his skills and increase his knowledge.

However, most publishers that send books to Tanzil demand he write his reviews immediately. Tanzil said he wished he had formal training on writing reviews. He said he often felt guilty when he could not write them to deadline.
"I've got to have a better time management to divide my working hours for the company I work for and for the books I review," Tanzil sighed.
Tanzil, who lives in Bandung, West Java, said he was happy with the growing popularity of book reviews in Indonesia.

Nowadays, newspapers and magazines usually provide special spaces for book reviews. Book review writing is also flourishing on websites and blogs.
However, Tanzil, who chose Bahasa Indonesia as his favorite school subject, pointed out that practically no one in Indonesia takes book reviewing as a full-time job. Like Tanzil, most reviewers still work a regular job for the main part of their income.
Tanzil hopes that one day Indonesia will have a kind of Oprah's Book Club where books are reviewed and later become popular best-sellers.

If Indonesia already had its own variation on Oprah's Book Club, Tanzil predicted, it could be hoped that book sales would increase and book prizes would drop. Many more people could experience the great benefits of reading books, he said.
I guess we all share the same hope, Tanzil.
posted by htanzil @ 3/17/2007 10:59:00 AM   7 comments
Resensi Historian di Parle
Resensi The Historian di Tabloid Parle ed. 79 /12-19 Maret 2007



@h_tanzil
posted by htanzil @ 3/17/2007 09:58:00 AM   0 comments
Buku dari qanita
Akhirnya buku dariklub baca qanita-mustika fm nyampe juga....
ini buku-bukunya :
















@h_tanzil
posted by htanzil @ 3/17/2007 09:53:00 AM   0 comments
Rabu, Maret 07, 2007
Beli Buku2 KPG
Di www.inibuku.com, buku2 terbitan KPG lg discount gede-gedean.
Seperti biasa kalau KPG lagi discount aku pasti gunakan kesempatan untuk beli Seri Kesasteraan Melayu Tionghoa. Kali ini aku beli jilid 1 dan 6

Selain itu aku juga beli Puisi Mbeling - Remy Sylado !
Gara-gara liat Bang Remy S bacain puisi Mbeling aku jadi penasaran pingin baca buku puisinya..

Ini buku2 yg kubeli :

Kesastraan Melayu Tionghoa 1 = Rp. 30.000,-
Kesastraan Melayu Tionghoa 6 = Rp. 30.000,-
Puisi Mbeling = Rp. 20.000,-

total cuman Rp. 80.000,-







Berarti sekarang seri KMT koleksiku lengkap dari jilid 1-7










Tinggal beli 3 jilid lagi...tunggu momen dicount berikut lagi....:)

@h_tanzil
posted by htanzil @ 3/07/2007 10:28:00 AM   2 comments
Selasa, Maret 06, 2007
SMS dari Bung Kelinci
Kemarin malam, dapat sms dari Bung Kelinci :

Kang Tanzil,
boleh saya menulis profil Anda
utk jak post ?
Kalau boleh, insya Allah besok
saya kirim list pertanyaan ke japri

From : Bung Kelinci
18 : 43 5/3/07

Wow ! siapa yang mau nolak kalau profilnya bakal dimuat di koran :





Sekedar berbagi, ini ttg koran The Jakarta Post yg sy ambil dr Wikipedia

The Jakarta Post adalah sebuah harian berbahasa Inggris yang kantornya terletak di Jakarta. Koran ini didirikan pada 1982, ketika Menteri Penerangan Ali Moertopo dan Jusuf Wanandi, yang mewakili surat kabar Suara Karya terbitan partai Golkar, sepakat untuk membentuk sebuah surat kabar berbahasa Inggris yang bermutu.

Perusahaan PT. Bina Media Tenggara, pemilik surat kabar ini, baru didirikan pada tahun itu juga. Pada saat itu sudah ada Indonesia Times dan Indonesian Observer yang merupakan dua harian berbahasa Inggris yang terdapat di pasaran Indonesia. Pada 25 April 1983 terbit surat kabar pertama dengan delapan halaman, antara lain dengan berita mengenai kegiatan mata-mata Rusia di daerah itu, dan berhasil terjual sejumlah 5.474 eksemplar. Sementara itu, peredaran dan penjualannya sekarang mencapai 50.000 eksemplar. The Jakarta Post adalah satu-satunya sebuah koran internasional dari Indonesia yang terkenal.




@h_tanzil
posted by htanzil @ 3/06/2007 11:05:00 AM   4 comments
Jumat, Maret 02, 2007
Dapat buku Broke Shields
Kemarin ikut interaktif sms di acara Klab baca Qanita - Mustika 107.5 FM.
Ternyata dapat 2 hadiah buku : salah satunya buku broke shield "My Journey through Postpartum Depression"














Kalau kemarin denger talk-shownya sih buku ini menarik dan wajib dibaca karena isinya manusiawi banget tentang perjuangan broke shield melawan PPD / baby blues

Ntar istriku harus baca !

Sayangnya buku hadiahnya harus diambil di Mustika FM pas jam kerja...ini yang susah karena aku kan terikat dengan jam kerja di kantor.
posted by htanzil @ 3/02/2007 11:19:00 AM   3 comments
Kiriman dari Serambi
Eeh...tau-tau Penerbit Serambi kirim lagi buku.
Kali ini buku 'sejarah', wow...tau darimana ya, koq tau aku suka buku bertema sejarah...?

ini bukunya :

Ini deskripsi bukunya :

Judul Buku: Dutch Culture Overseas
Penulis: Frances Gouda
Hal: 524 /HVS
Harga: Rp. 79.900.
Penerbit Serambi - www.serambi.co.id

Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942
Ekspansi kolonial bangsa Eropa mengarah pada gagasan-gagasan Belanda tentang masyarakat berkeadaban, atau sikap-sikap fleksibel dan relatif dermawan komunitas Belanda terhadap "pihak lain" yang tengah ditaburkan (dalam kata Yunani, "diaspeirein") di empat penjuru dunia. Dalam beberapa hal, ekspor nilai-nilai kebudayaan Belanda ke seberang lautan seperti Amerika Utara tak banyak memberi makna baru "kebelandaan". Namun, di Indonesia kolonial, adat dan tradisi politik Belanda tertransformasi dalam proses migrasi menuju tempat-tempat eksotik.

Dalam buku ini, Frances Gouda mengkaji cara-cara Belanda membawakan gaya kolonialnya ke dunia luar. Mengapa para warga sebuah banga Eropa yang kecil dan tak signifikan secara politik mampu tampil senatural dan senormal peradaban dan pulau jajahannya yang lebih tua seperti Jawa dan Bali? Bagaimana para penduduk kolonial Belanda menerangkan perbedaan-perbedaan budaya antara diri mereka sendiri dengan orang-orang yang dianggap "primitif" di kepulauan Indonesia?

Dalam upaya memahami praktik-praktik "berjender" pemerintahan kolonial di Hindia Timur Belanda, Gouda juga mengeksplorasi interaksi para wanita Belanda dan Indonesia dengan pria-pria Eropa.

Silakan klik www.serambi.co.id - http://toko.serambi.co.id


Semoga sempet bacanya niih...
Sekarang masih lagi asik dengan The Professor and The Madman, keren banget lho!
posted by htanzil @ 3/02/2007 11:11:00 AM   0 comments










Pemilik Pondok
Sang Pemilik : htanzil
Tinggal di : Bandung, Indonesia
Rumah Utama : Buku Yang Kubaca


Lihat Profil Lengkap
Jam Dinding

Ruang Bicara


10 Tulisan Terbaru
Rak Penyimpanan
Jaringan
Serba Serbi

Free Blogger Templates



BLOGGER